Banyak pertanyaan yang ada di dalam hati kala itu. Saat menjadi seorang siswa, duduk di bangku sekolah dengan wajah serius, berangkat pagi (banget) pulang sore bahkan malam. Terbersit pikiran tentang seorang mahasiswa. Merasa lelah menjadi siswa, bayangan tentang mahasiswa makin hari makin menjadi-jadi. Pandangan awal adalah menjadi mahasiswa itu gampang, enak, banyak waktu luang, mau main terserah, belajar terserah, dan menulis juga terserah. Bebas dan senang sekali sepertinya, Lalu apa semua itu benar?
Menginjak delapan bulan (1,5 semester) di perguruan tinggi, banyak hal tak terduga datang dan membuat heran, kesal, sedih, senang, kagum, penasaran, terburu-buru, khawatir, dan semuanya tercampur menjadi satu. Satu kalimat yang dapat diambil dari seluruh perasaan itu adalah “menjadi mahasiswa itu tidak semudah yang dibayangkan, bahkan lebih sulit dari itu”. Bagaimana tidak, begitu banyak sesuatu yang harus dikerjakan. Di samping harus duduk di kelas untuk mengikuti perkuliahan, dituntut pula untuk mengerjakan laporan praktikum, mengikuti berbagai kompetisi, dan berkontribusi dalam setiap kegiatan maupun organisasi. Tetapi, apa hanya dengan mengeluh dan merasa lelah itu akan mengubah hidup kita?
Penekanan pada kalimat-kalimat di atas adalah terletak pada esensi dari seorang mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa bukan lagi siswa yang bermanja-manja dalam pelukan orang tua dan guru. Mahasiswa bukan lagi anak sekolahan yang sedikit-sedikit meminta keringanan akan tugas. Mahasiswa adalah sebutan bagi mereka yang memeang benar-benar akan ditempa sebelum “dunia nyata” itu terletak di depan mata. Ibarat berenang, mahasiswa baru berenang pada air kolam yang tenang, untuk mempersiapkan berenangnya di lautan lepas nanti. Dunia kerja dan persaingan global akan segera menemui dan mau tidak mau para mahasiswa harus siap dalam menghadapi itu semua. Khawatirkah?
Sebenarnya khawatir, takut, cemas, ragu, itu semua merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap manusia karena memang fitrahnya seperti itu. Namun, apakah kita berjuang sendiri? Apakah di dunia ini kita hanya sendiri dan dapat berdiri sendiri? Selain ada Allah SWT yang selalu bersama dan mengawasi kita, tentu ada pula sosok-sosok yang menemani keseharian kita, bukan? Siapakah mereka? Sahabat. Ya, sahabat adalah mereka yang selalu ada untuk kita. Merekalah yang akan bersama-sama berjuang dengan kita. Kita tidak perlu terlalu takut untuk menjalani hidup sebagai mahasiswa karena dalam berjuang tidak sendiri, melainkan akan ada mereka.
Menjadi mahasiswa akan melatih kita dalam hal kemampuan team work dan kemampuan-kemampuan lainnya. Memaksimalkan potensi yang dimiliki merupakan kewajiban utama seorang mahasiswa. Melatih agar tidak berpikir secara individualis tetapi harus berpikir secara global dan melakukan forum-forum diskusi. Bersikap terbuka dan mampu menerima serta mengemukakan pendapat adalah poin penting seorang mahasiswa. Terlalu berat ya? Kemampuan setiap individu berbeda-beda. Merasa berat adalah wajar karena memang mungkin belum terbiasa. Membayangkan saja tidaklah cukup, melainkan harus melakukannya sendiri. Pada kenyataannya, kebersamaan dan saling menguatkan itulah yang akan menajdi kekuatan pribadi. Dengan diskusi, belajar bersama, “nglaprak” bersama, main-main bersama, tertawa bersama, menangis bersama, berbincang-bincang tentang impian dan cita-cita, menulis sebuah karya, memikirkan gagasan untuk masa depan, merupakan hal-hal yang mengasyikkan dan tidak akan didapatkan dimanapun itu selain menjadi mahasiswa ini. So, menjadi mahasiswa memang tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dijalani. Ambil passion dan manfaatkan kesempatan yang ada untuk berkarya, maka akan menjadi mahasiswa yang tidak sia-sia.
Terima kasih UGM tercinta…
Fakultasku, Geografi, dan terkhusus Geografi Lingkungan, serta sahabat-sahabat, kakak-kakak, rekan diskusi, ngobrol, dan teman curhat, semoga menjadi mahasiswa yang benar-benar mahasiswa.