INGATAN

Selang satu hari setelah adanya kabar bahwa kita semua harus karantina, tidak dapat bertemu lagi satu sama lain selama mungkin beberapa hari ke depan, ada ingatan yang sekelebat masuk. Kembali pada peristiwa tahun lalu, di mana seluruh penduduk dusun merasakan sakit, dengan gejala yang hampir sama: pusing, sakit tulang, tidak bisa mencium (anosmia), batuk, dsb.

Aku, bapak, dan ibu juga termasuk yang merasakannya. Hingga semua menjadi seperti sekarang ini. Ibu telah tiada dan kehidupanku terasa sangat berubah. Ketidakhadiran ibu membuat suasana rumah menjadi terasa sepi, sangat sepi. Apalagi sosok beliau yang sangat vokal sebagai pendengar segala keluh kesah, cerita demi cerita, dan cita-cita anak perempuannya.

Rindu? Sudah barang tentu. Hari demi hari telah berhasil kulalui tanpa ibu. Tapi rasa rindu terkadang menyelip di sisa-sisa hari, di sela-sela letih, berbalut sendu. Aku masih ingat menjelang kepergiannya, beliau mendoakanku, meminum hanya buatanku, pelukan demi pelukan, dsb. Aku bersyukur karena menjelang kepergiannya, aku berada di sampingnya. Aku bersyukur karena diberi kesempatan untuk menghabiskan hari bersama beliau selama kurang lebih satu bulan. Aku bersyukur, karena kepergian beliau membawa hikmah yang luar biasa.

Sekarang, ingatan itu menjadi penguat, bahwa sakit dan virus ini nyatanya telah banyak menguji. Sekarang, aku diuji dengan sakit lagi dan kerinduan terhadap ibu. Aku juga rindu pada yang di rumah, yang saat ini turut merasakan sakit. Aku rindu pada anak-anak, yang satu demi satu rubuh karena sakitnya. Aku rindu dengan suasana kelas yang berisik. Aku rindu dengan anak-anak yang ceria, anak-anak yang antik, anak-anak yang suka mengerumuniku saat aku datang, dan aku rindu pada celotehan demi celotehan kehidupan di sekolah.

Ah… iya, aku tersadar bahwa semua ini ternyata mengandung banyak hikmah. Semua ini hakikatnya adalah jeda. Jeda memberiku banyak kesempatan untuk mengerti apa itu jarak, apa itu rindu, apa itu kasih sayang, dan apa itu arti pertemuan. Jeda membuatku membaca. Jeda membuatku berpikir. Jeda membuatku berani untuk mengambil langkah-langkah yang mungkin penuh risiko. Jeda membuatku paham, bahwa manusia memang butuh jeda. ­

Mlaku-Mandheg lan Mikir-Mlaku maneh

 

Miss you so much my inspirators …

And thanks for being part of my life…

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.