TAK MENGAPA

Butuh berkali-kali aku menjadi yakin untuk menerima. Menerima semua kenyataan tentang masa lalu yang pernah dilalui. Tentang sebuah tempat aku menimba ilmu. Tentang sebuah gedung nan megah yang selalu aku kunjungi. Tentang orang-orang yang membantuku. Tentang siapapun yang pernah aku temui.

Dulu, diri ini sangat gembira berada di sana. Bahkan, hal yang tak pernah diduga. Awalnya hanya ada di mimpi. Bahwa suatu ketika, aku akan berdiri di sana. Di sebuah tempat megah nan indah, berwibawa. Dulu, semua tak semudah yang dibayangkan. Alhasil, mimpi itu telah menjadi nyata.

Butuh berkali-kali untuk diri ini sadar bahwa itulah perjuangan. Perjuangan menggapai mimpi itu tidak mudah. Butuh waktu lama. Berderai air mata. Ada harap dan cemas di sana. Ada kesedihan yang harus ditutupi. Ada kecewa yang harus ditampik. Tuk temui asa yang harus kembali berkobar.

Kini, semua sudah menjadi cerita. Aku sudah berada di sana. Menikmati masa-masa itu. Lelah tidak dirasa. Lelah jadi bahagia. Lelah jadi semangat. Sedih jadi tawa. Ah… sungguh indah kala itu. Ketika mata yang terpejam adalah sebuah nikmat yang sangat berharga. Ketika pulang adalah harapan terindah. Ketika teman-teman masih ada di kelas-kelas. Di grup-grup sosmed. Ah… sungguh indah.

Kini, kau tahu kawan? Bagaimana keadaan itu bisa berubah dengan sangat cepat? Tiba-tiba saja sudah beranjak dari tempat duduk biasanya. Beranjak dari kursi panjang di depan ruang-ruang, dari balik tirai putih yang menawan, dari semak-semak belukar, dan dari keindahan-keindahan. Kini, aku sudah di sini. Kembali lagi menjadi jati diri.

Ibuku kala itu berkata, “sudahlah, yang terpenting sekarang adalah mencari sisi baiknya. Mencari sisi manfaatnya. Sedikit banyak, tempat itulah yang sudah menempa dirimu. Menuju titik yang berharga. Itulah pengalaman.”

Ya. Dari kata-kata itu, aku menjadi sadar bahwa tugasku adalah mensyukuri. Tugasku menerima. Tidak mengapa jika semuanya tak berjalan sesuai harapan kita. Toh setiap manusia, pasti punya cacatnya. Tak semua langit biru akan terus menjadi biru. Tak semua awan Sirus di pagi hari akan bertahan hingga siangnya…

Dan, tak semua akhiran itu menjadi yang terakhir. Kenapa? Karena jalan hidup kita masih panjang. Semua harus dilalui. Semua harus diterima. Meski ada sisi-sisi yang tak lagi sama. Tak mengapa …

 

#TerimaKasihUntukmu
#KawahCandradimukaku

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.