Sebelum Pulang

 

Assalamu’alaikum Sahabat …

Tak terasa, hari demi hari berlalu dan kini tinggal menuju beberapa bulan untuk mengakhiri semester 5. Episode kali ini, akan saya tuliskan beberapa pengalaman tak terduga yang terangkum dalam “Sebelum Pulang”. Malam itu, kami berdua sengaja untuk pergi dengan berjalan kaki setelah makan di tempat favorit halal food “Teh Tarik Time”. Ya, tempat makan itu adalah kenangan pertama yang masih selalu saja saya ingat hingga detik ini. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya non muslim, tempat makan halal pun cukup jarang ditemukan. Untung saja hostel kami yang berseberangan dengan Clark Quey Centre berdekatan dengan tempat makan tersebut.

SINGAPURA. Sebuah negara di Asia Tenggara yang baru saja saya kunjungi, menawarkan berbagai keindahan dunia secara nyata. Meski seringkali di setiap kesenangan itu, hati ini teringat akan makna dunia yang sesungguhnya, “senda gurau, sedikit, menipu”. Itulah patokan yang selalu diingat dalam hati agar tidak kebablasan dalam bersenang-senang. Hari itu, tepatnya Selasa 16 Oktober 2018, kami ber-19 beserta 3 dosen tiba di Changi International Airport, Singapura. Saya dan sembilan lainnya ada di kloter pertama sehingga terlebih dahulu menuju hostel di Hongkong Street. Wowww, sungguh indah Singapura itu. Keindahan tercermin dari setiap sudut-sudut ruangan yang bersih terutama di bandara, sudut2 jalan yang rapi, kendaraan yang mudah, anti macet, dan satu hal yang paling saya sukai adalah hampir semua penduduk Singapura adalah pejalan kaki. Betapa gembiranya saya ada di sana karena tidak sendirian berjalan kaki.

Masih saja terngiang ketika berjalan kaki, adalah dua tahun yang lalu saya berjalan sendirian di UGM. Tanpa memiliki keberanian untuk bersepeda, mahasiswa baru asal desa ini hanya berjalan kaki ke kampus. Rasanya kala itu seperti menjadi mahasiswa paling “rekoso” alias paling prihatin. Padahal sejatinya berjalan kaki di luar negeri menjadi sebuah rutinitas sehari-hari. Menginjakkan kaki di Singapura adalah sebuah kenyataan yang terasa sebuah mimpi. Tidak pernah sekalipun terbersit dalam benak saya untuk pergi ke sana. Mimpi yang saya jalani selama lima hari di sana seperti menjadi sebuah keinginan yang menguat akan adanya hal yang sama di Indonesia. Saya benar-benar ingin Indonesia memiliki habit seperti Singapura.

Mungkin, episode ini adalah yang paling pertama saya tuliskan sebelum menceritakan hal-hal lain terkait perjalanan ke Singapura. Pada akhirnya, malam itu saya dan teman baik saya, Purnami berjalan ke Clark Quey Centre untuk mencari kue ulang tahun. Namun, sayangnya tidak satu pun kue ulang tahun kami temui. Tiba saatnya untuk kemudian menyimpulkan bahwa di luar negeri itu yang dicari halalnya dulu, baru harganya. Yeah, akhirnya kembalilah kami ke “Teh Tarik Time” untuk membeli Roti John dan Milo Ice dengan mengeluarkan $10. Sebelum Pulang, amanah ini harus ditunaikan. Sebelum Pulang, $10 harus sudah habis. Sebelum Pulang, harus dipastikan bahwa salah satu teman kami yang berulang tahun telah mendapatkan hak nya yakni kue ulang tahun dari dosen tercinta yang mendahului pulang. Dan Sebelum Pulang, saya sungguh berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu perjalanan ini. Tak pernah lupa, jembatan penyeberangan itu yang akan menjadi kenangan terindah, menghubungkan hostel kami dengan MRT, kenangan akan tap Ez Link (kartu transportasi), kenangan berjalan kaki, kenangan naik bus di lantai dua, dan kenangan-kenangan lainnya yang semoga masih dapat saya tuliskan dalam “Sebuah Perjalanan” ini.

 

Alhamdulillah… Akhirnya saya pernah merasakan semua yang dalam hati paling kecil saya impikan… Semoga sahabat-sahabat semuanya dapat merasakan hal yang sama untuk beberapa tahun yang akan datang. Semoga, perjalanan saya menjadi semangat baru untuk terus meraih prestasi… Thanks a lot…

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.