JADI DIRI SENDIRI

Mungkin, akan sulit tuk dijalani

Mungkin, tak selamanya bisa dinikmati

Mungkin, tak akan pernah mulus tuk menapaki

Dan mungkin, hanya ada satu penyemangat hati

Adalah ridho Ilahi

 

Assalamu’alaikum, Sahabat…

Semoga ridho Allah selalu menyertai kita semua, amin

 

Puisi di atas sengaja saya buat untuk menggambarkan betapa beratnya menjadi diri sendiri. Kita harus membuka apa adanya wajah kita, diri, dan jasad kita di depan manusia, juga Tuhan kita. Menjadi diri sendiri akan melatih kita untuk mensyukuri setiap keadaan diri, bukan meratapi lantas menyalahkan takdir yang ada. Setiap langkah dan tindak ucapan yang kita lontarkan merupakan cerminan diri kita. Mungkin akan ada manusia yang sifatnya pendiam, cerewet, murah senyum, agak jutek, cantik, tidak cantik, ganteng, tidak ganteng, pandai, rajin, malas, kaya, miskin, dan masih sangat banyak lagi berbagai sifat manusia. Apa kita marah dengan semua keadaan itu?

 

Bahwa sebenarnya setiap apa saja yang melekat pada diri kita sudah ditakdirkan oleh-Nya. Meski tak selamanya takdir yang bisa diubah itu selalu ada dalam diri kita. Namun, pada hakikatnya ketika yang bisa diubah maka semaksimalnya kita ubah dan yang tidak bisa diubah harus dijalani dan diterima dengan kesyukuran. Ikhlas merupakan kunci untuk menerima. Sabar dan syukur adalah obat hati untuk menyambut “sang mentari”, kebahagiaan yang jika tak kita dapatkan di dunia maka semoga Allah memberinya di akhirat nanti. Takdir menjadi anak yang tidak begitu pandai bukan alasan untuk bermalas-malasan dalam berkarya karena pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi akal dan pikiran yang cerdas. Utamanya dalam hal ilmu agama. Harus selalu tekun menuntut ilmu tanpa mengenal lelah dan jangan coba-coba membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuat kita pesimistis. Akan tetapi, pendapat ini akan menjadi sangat beragam dan ini adalah pendapat saya. Ada juga manusia yang membandingkan diri mereka sendiri dengan orang lain akan menjadikan mereka justru merasa terpuruk dan merasa tidak akan bisa menjadi seperti orang lain yang ia idamkan tersebut.

 

Padahal, Allah juga telah memberikan kita perintah untuk menjalankan segala perintah dan menjauhi larangannya dengan semaksimal mungkin. Semaksimal yang kita bisa. Allah sangat menyayangi kita sehingga tidak pernah meminta lebih dari batas kemampuan. Hanya saja, terkadang kita lupa bahwa kita selalu meminta sama Allah hal-hal yang terkesan memaksa Tuhan kita. Apakah di dunia ini kita hanya dinilai dari materi dan apa-apa yang tampak? Akan tetapi, sering sekali yang menjadi cita-cita hanyalah materi, termasuk harta, tahta, dan wanita (lelaki juga bisa hehe).

 

Disini, saya hanya menyampaikan kepada Sahabat semua tentang pentingnya menjadi diri sendiri dan mencoba merenungi untuk siapa kita hidup? Selain itu, mengingat diri ini hanyalah manusia yang lemah dan penuh kekhilafan, maka semoga Sahabat bisa mendoakan saya agar senantiasa bersyukur atas semua karunia-Nya sehingga masih diberi kesempatan hidup serta berkarya. Tak lupa, saya juga mendoakan untuk Sahabat semua, siapa pun yang membaca tulisan ini dan tidak membaca, untuk memiliki rasa percaya diri dan menjadi diri sendiri. Amin.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.