Berhenti Sejenak Itu PENTING!

Assalamu’alaikum warohamtullohi wabarokatuh semua … 🙂

Semoga hari ini menjadi hari yang paling bahagia, seperti hari-hari sebelumnya yang diwarnai oleh berbagai kenikmatan dari Rabb kita. Tulisan ini diilhami dari beberapa pengalaman yang telah atau mungkin baru saja dialami oleh sosok manusia yang sangat lemah. Sungguh, ia sangatlah lemah. Inspirasi bisa datang dari mana saja, sama seperti inspirasi tulisan ini. Bahkan, favorit sekali untuk menuliskan inspirasi yang berasal dari buah perjalanan. Perjalanan bukan harus yang jaraknya jauh, bukan? Namun, perjalanan jarak dekat pun sudah berarti “perjalanan” dan lebih mendalam lagi, perjalanan adalah kehidupan. Ya, kehidupan kita saat ini.

Sosok manusia itu, kini tengah berada dalam proses pencarian jati diri untuk menjadi manusia yang benar-benar mengabdi. Mengabdi untuk Rabb-nya, untuk kedua orang tuanya, untuk keluarganya, untuk kawan-kawannya, dan untuk semesta semuanya. Saat kita terjerumus ke dalam hal yang membuat kita menangis, langkah apa yang harus kita lakukan? Apakah akan terus menerus menangis, ataukah berusaha bangkit meski itu sangat sulit?

Sosok manusia itu barulah menyadari arti sebuah perjalanan. Bahwa perjalanan itu butuh istirahat. Beristirahat akan menjadikan jasadnya kembali bugar, ruh-nya kembali bergelora, dan fikriyah-nya menjadi tajam kembali. Bukankah itu yang selama kita cari? Kira-kira, apakah sosok manusia itu juga mencari hal demikian?

Nampaknya, hal ini justru berbeda dengan apa yang dilakukan sosok manusia itu beberapa waktu yang lalu. Ibarat berkelana di sebuah hutan belantara, sosok manusia itu tak pernah lelah untuk berjalan, sampai-sampai ia korbankan seluruh kekuatannya demi sampai pintu hutan dimensi lain yang terbuka lebar. Sungguh, sebenarnya malang sosok manusia itu. Ia hanya kesana kemari mencari pintu hutan dimensi lain? Buat apa?

Pintu hutan dimensi lain hanya akan menambah sesak sosok manusia itu sebenarnya. Sesungguhnya, tidak harus sampai di pintu itu, sosok manusia itu telah berhasil jika ia mampu memahami arti perjalanannya. Mengapa? Jawaban demi jawaban dengan pertanyaan mengapa ini kemudian menjadikan sosok manusia yang kini sedang “lelah” kembali bergerak untuk berpikir. Mengapa ya kira-kira?

Perjalanan adalah sebuah proses, bukan? Lantas jika saat ini “lelah” karena sebuah proses, apa itu salah? Lantas, jika saat ini kita berhenti sejenak untuk melepas “lelah”, apa itu juga salah? Akan tetapi, sosok manusia itu tetap tidak bisa menerima pernyataan ini. Ia selalu berpikir bahwa segala sesuatunya harus terencana dan harus sekarang juga dikerjakan. Namun, yakinkah semua rencana kita berjalan dengan lancar? Lantas jika iya, apa pula yang kita harapkan dari rencana yang lancar itu? Sebuah kesombongan kah? Sebuah kepuasan kah? Atau sekadar hanya ingin semua cepat selesai?

Sosok manusia yang sangat lemah dan sedang “lelah” itu kemudian berpikir keras, lebih keras lagi. Apa iya? Apa iya, diri ini hanya berorientasi kepada hasil, bukan keberkahan? Apa iya harus dengan mengorbankan raga yang sudah mulai meronta untuk “berhenti” ini? Tolong! Tolong bantu diri ini untuk menjawab semuanya …

Pada akhirnya, sampailah kepada satu titik bahwa “berhenti itu penting!”. Sebuah pemikiran luar biasa dari sosok manusia yang kini sudah mulai bahagia. Bahagia dengan segala “kesempurnaan” yang ia terima dari Rabb-nya. Kesempurnaan bukan berarti bahwa sosok manusia itu sempurna seratus persen. Akan tetapi, kesempurnaan yang dimaksud disini adalah kesempurnaan nikmat Rabb Yang Maha Kuasa sehingga sampai saat ini, sosok manusia itu masih hidup berkecukupan baik dari segi materi dan dari segi ruhani.

Apakah kalian semua penasaran dengan apa yang dilakukan sosok manusia ini sehingga ia mampu berpikir demikian dan ia rela untuk “berhenti”? Ternyata sosok manusia itu tersadar karena ia baru saja mengeluh. Ya, sosok itu baru saja mengeluh sejadi-jadinya akan hidup yang terasa berat. Namun, ia kemudian berpikir lagi sebelum benar-benar mengeluh bahwa “apakah mengeluh itu keliru?” Ah, ternyata tidak sepenuhnya salah juga, kawan. Sosok manusia itu kembali mencari fatwa apakah mengeluh itu salah. Berbagai metode ia tempuh sehingga pada suatu waktu, sampailah kepada tulisan bahwa “mengeluh itu bukan suatu kesalahan, bahwa mengeluh itu kewajaran”. Lega sekali rasanya ketika sosok manusia lemah itu membaca tulisan demikian.

Sudah barang tentu sifat alamiah manusia adalah mengeluh. Menurut saya pribadi, mengeluh itu adalah bentuk rasa kesal dengan sesuatu yang terjadi yang membuat kita akan selalu berusaha berdoa kepada Rabb kita untuk minta dikuatkan. Kekuatan tertinggi adalah milik-Nya, Al-Qawiy (Yang Maha Kuat) dan Al-Matiin (Yang Maha Kokoh). Kekuatan jiwa lahir dari sisi-Nya. Mengeluh menumbuhkan rasa sadar bahwa sejatinya kita semua adalah makhluk yang paling lemah. Lemah untuk menerima beban-beban yang terpampang di depan mata. Mengeluh adalah sebuah transformasi menuju pemikiran “mengapa saya mengeluh? Untuk apa saya mengeluh? Apakah pantas saya mengeluh? Apa pula hasil yang didapatkan ketika saya mengeluh?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang kemudian memproduksi sebuah jawaban sederhana bahwa “mengeluh membuatmu bahagia”. Banyak orang yang berkata “buat apa mengeluh, toh pekerjaan tidak mungkin akan selesai juga dengan mengeluh”. Namun, satu hal yang dapat kita ingat adalah “dengan mengeluh kita menyampaiakan kekesalan, dengan mengeluh kita berdoa”. Bayangkan saja jika kita tidak pernah mengeluh, saya rasa tidak ada manusia yang benar-benar tidak mengeluh.

Seuntai semangat kemudian datang dari sahabat-sahabat sosok manusia itu. Meski ia merasa sangat lemah, tetapi saat ini ia sadar betul bahwa saat inilah untuk berhenti sejenak, menghirup udara segar, merenungi semua kesalahan, mengingat semua amanah-amanah yang harus ia tunaikan, dan mencoba mencari titik balik untuk ia kemudian berhijrah. Betul-betul berhijrah. Kini, sosok manusia itu kembali tersenyum dengan segala kekuatan-Nya. Ia kembali berusaha, berjuang sepenuh hati demi Rabb-nya. Demi amanah yang dipikulnya. Demi sahabat-sahabatnya. Demi pemulihan jiwanya yang ceria ~~~~~

 

Salam Cinta, Cita, dan Ceria dari saya….

Semoga Kawan-Kawan semua selalu berada dalam Barakah-Nya,

Amin…:)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.