Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh š
Sore yang sendu, mendung, dan dingin mulai menyapa hati yang rindu. Teringat kisah saat suasana juga dingin seperti ini, saat kita berempat berjalan mengikuti jalan sunyi. Sebenarnya tidak hanya berempat kan ya, kawan? Tapi waktu itu kita bertujuh. Entah mengapa, foto ini yang akan dipilih untuk kudeskripsikan menjadi tulisan yang semoga bermakna dan dapat memotivasi.
Aku tahu, mungkin saat ini kalian semua, kawan-kawanku sedang sibuk dengan segala urusan praktikum, rapat, kepanitiaan, organisasi, dan utamanya adalah persiapan untukĀ event yang ditunggu-tunggu, UTS! Yups, kita telah memasuki pertengahan semester 3, kawan. Sebentar lagi pasti akan melewati UAS, dan masuk di semester 4. Hmm, waktu ternyata berjalan begitu cepat. Lalu dengan waktu yang singkat itu, kita telah melakukan apa? Apa yang sudah kita berikan kepada orang lain? Lantas apakah waktu kita hanya terbuang sia-sia dengan lembur untuk laprak? Its not good, guys L
Saat semua terpaku pada tugasnya masing-masing, suasana ini terasa sunyi. Berada di tengah keramaian ini, hiruk pikuk membuka lembaran-lembaran bergaris bertuliskan tinta-tinta perjungan, tetap saja sunyi. Tahukah kalian bahwa hidup ini bukan untuk semua itu? Aku tahu kalian pasti paham dengan apa yang kumaksud dengan āsemua ituā. Maka berangkat dari hal itulah, aku yang menginginkan suasana sejuk dan nyaman, sedingin dan senyaman sore ini, mencoba mengingat kembali elegi esok yang sangat membahagiakan. Embun-embun menetes melewati ranting pohon dan menebarkan kehangatan di tengah kedinginan.
Bahasa kali ini agaknya cukup puitis, kawan. Kumulai dengan malam pertama kita berkumpul bersama dalam sebuah acara sakral yang mungkin akan menjadi salah satu peristiwa tak terlupakan. Tepatnya di lereng gunungapi yakni GA. Merapi, Sang Stratovulkanik dari Yogayakarta, yang sangat bersahabat di pagi itu. Maka diputuskanlah kami bertujuh waktu itu untuk berjalan santai sambil menikmati udara dingin di wilayah yang tinggi itu. Sambil menikmati pemandangan Kota Yogyakarta dari lereng gunung, kami berbincang-bincang tentang apapun yang ada di pikiran.
Apa yang sebenarnya membuat diri ini memilih foto kenangan itu? Adalah karena kebersamaan. Mungkin saja, kala itu rasa kebersamaan belum begitu tumbuh dan hanya sekadar berteman biasa. Akan tetapi, sekarang ini aku benar-benar merasakan bahwa rasa itu semakin kuat. Kita sering berdiskusi, saling bertukar pikiran, memberi semangat satu sama lain, dan pada akhirnya kita menjadi sebuah keluarga. Kalian berenam hanya merepresentasikan dari keseluruhan keluarga yang kita punya, bukan? Sebuah pertalian yang sagat erat meski kita bukan berasal dari keluarga yang sama, melainkan dari berbagai suku bangsa dan agama. Akan tetapi, buktinya kita bisa tetap bersama. Merasakan pahit manisnya menimba ilmu di fakultas ini, merasakan pedasnya kritikan dan menanggung beban bersama-sama.
Mesi terkadang rasa lelah itu muncul dan mematahkan semangat kita, akan tetapi dalam kenyataan hidup yang kompleks ini, Allah masih memberikan kekuatan untuk kita. Sebuah anugerah yang luar biasa, kawan. Sebuah kenikmatan bisa merasakan sehatnya tubuh dan pikiran, masih bisa tidur dengan nyenyak, dan masih bisa menikmati alam sambil ngobrol bareng kalian. Ketahuilah, kawan, mungkin perjalanan kita sangat singkat. Akan tetapi, semoga di perjalanan yang singkat ini kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap kejadian dan mencoba untuk memaknai serta mengisi hari-hari indah kita dengan kegiatan yang bermanfaat dan kebaikan. Amin J