Jogja-Jateng-Jatim Epidsode 2

Perjalanan adalah sesuatu yang membahagiakan. Bersama mereka, orang-orang yang dulunya sama sekali tidak kukenal, kini menjadi akrab dan persaudaraan itu muncul dengan sendirinya. Kekonyolan demi kekonyolan selalu dikeluarkan dari dalam mobil yang kami kendarai. Sebagai calon geograf sejati, kami sadar bahwa berjalan adalah satu-satunya jalan untuk bisa lebih memahami. Karanganyar dan sebagian kecil Jawa Timur telah memberi kami banyak pelajaran.

Lantas, apa si yang sebenarnya berkesan dari perjalanan ini, hingga akan kutulis dalam beberapa bagian? Simaklah uraian dari hentakan dan tarian jemari di tengah malam ini. Ya, disana kami banyak belajar tentang bentuklahan atau geomorfologi, tanah, dan juga sedikit materi tentang meteorologi. Eitsss, kami juga belajar tentang teknik survei si sebenarnya, yang baru disadari setelah menjelang maghrib baru menemukan dua tempat penginapan. Dimulai dari cerita-cerita tentang stopsite yang cocok untuk tempat beristirahat dan belajar dari salah satu teman kami yang asalnya memang dari Karanganyar. Ternyata di sisi entah arah mana, ada singkapan batuan kapur yang cukup besar. batuan kapur atau gamping ini justru menjadi pertanyaan yang membumbung di benak kami. Kenapa bisa ada batuan gamping di daerah vulkan seperti ini? Haisshh, mulailah naluri geografi ini muncul.

“Jadi, itu to yang dinamakan singkapan?”, teman di sampingku menyeletuk. Sontak semua orang dalam mobil juga ikut menganggukkan kepala, merasa sangat bahagia ketika mengerti apa yang dimaksud dengan singkapan batuan. Selama kurang lebih 2,5 semester kuliah ini, kami memang belum bisa mengerti banyak hal, salah satunya singkapan batuan. Kini, kosakata yang selama  ini belum bisa dipahami, akhirnya dipahami oleh mereka. Senangnya…. Selain jalan-jalan, kami juga belajar.

Selanjutnya, sampailah pada medan yang bertopografi cukup curam dan temanku ini sangat mahir mengendarai mobil ternyata. Sungguh mengerikan sebenarnya. Disana, kami cukup puas dengan pemandangan yang Masyaallah. Singkapan batuan banyak ditemukan dan menandakan bahwa daerah ini juga rawan erosi. Lahan pertanian dimanfaatkan para petani untuk menanam holtikultura dengan sistem terasering yang teratur, mengikuti kontur tapi tetap saja masih mengerikan dan menurutku, berbahaya! “Singkapan batuan itu adalah batuan beku, bukan?” teman kami menyeletuk. Aku jawab saja, “ya, benar, Itu batuan beku”.

“Eh liat deh, tanahnya warnanya macem-macem, ada yang pink-pink gitu, kenapa ya?” Hmm… ilmuku belum sampai dan inilah yang kemudian menjadikan perjalanan menjadi unik dan mengesankan. Kenapa harus kutulis beberapa bagian? Karena sebenarnya masih ada satu misteri yang belum terpecahkan sampai detik ini. Adalah genesis dari Gunung Lawu itu sendiri yang membuatku semakin penasaran. Semoga saja, kalian yang mungkin membaca tulisanku ini, suatu saat nanti dapat mengunjungi apa yang sudah kami kunjungi yaaa… Amin.

 

“Sesungguhnya Allah swt tidak pernah menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia…”

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.