Awal-awal masuk UGM, rasanya sangat senang. Aku diantar bapak ke asrama 3 hari sebelum PPSMB. Awal PPSMB, aku mengira bahwa tidak akan ada lagi tugas yang harus dikerjakan. Mulai dari asturo hingga POM-POM sudah lengkap. Caping sudah di cat sedemikian rupa sehingga menjadi berwarna putih. POM-POM yang diameternya tidak mencapai 10 cm kubiarkan saja seperti apa adanya karena menurut penjelasan dari web PPSMB, yang dimaksud diameter 10 cm bukanlah diameter POM-POM hasil akhir, melainkan diameter awal sebelum diikat.
Apa yang terjadi? Ternyata saat pengecekan POM-POM, aku tervonis bersalah karena diameternya tidak memenuhi syarat. Terpaksa aku harus menambah kembali rafia agar POM-POM nya mencapai diameter 10 cm. Tidak ada negosiasi sama sekali, cofas langsung menyuruh semua anak gugus untuk mengulang POM-POM yang belum sesuai standar.
Dalam hati, aku sempat protes. Menurutku, POM-POM yang kubawa sudah bagus, mengembang, hanya saja memang diameternya kecil. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku harus menerima kenyataan bahwa POM-POM ku ditolak!
Banyak teman-teman yang muncul di sosial media berkata “ditolak POM-POM lebih sakit daripada ditolak kamu…” parah! Dan akhirnya aku bertanya pada teman-teman “apakah POM-POM kamu diterima?” Mereka menjawab “ya”. Aku merasa sangat tidak tidak beruntung ketika itu.
Setelah dinyatakan ditolak, malamnya aku memulai lagi membuat POM-POM. Kubuka semua ikatannya dan kususun lagi. Awalnya aku berpikir bahwa ini tidak mungkin selesai, tapi aku mencoba, mencoba, dan terus mencoba. Berpikir keras mengambil ide kreatif agar POM-POM menjadi besar tanpa menambah rafia. Aku pun dibantu oleh teman satu kamar. Akhirnya berkat bentuan dari teman dan kesungguhanku, jadilah POM-POM yang sangat besar dengan dimeter yang melebihi target.
Setelah itu, hari pengumpulan POM-POM pun tiba. Alhamdulillah aku lolos seleksi. Sayangnya, masih banyak teman satu gugus yang belum berhasil.
Namun, setelah H-1 Closing Ceremony, kami semua sangat terkejut dengan kehadiran POM-POM yang sangat kecil. Jujur saja perasaan mereka yang mendapat POM-POM kecil menjadi kacau balau, merasa bahwa perjuangan mereka selama beberapa hari yang lalu untuk membenahi POM-POM sia-sia.
POM-POM dengan segenap suka dukanya memberikan pelajaran berharga untuk kami semua. Dengan POM-POM, kami berlatih untuk sabar, pantang menyerah, menerima kenyataan, berpikir kreatif, dan tentunya belajar bekerja sama dalam hal saling tolong menolong, terutama pemberian rafia yang masih sisa.